Gunung Latimojong adalah gunung tertinggi di pulau Sulawesi, gunung ini bukan gunung berapi akan tetapi merupakan sebuah jajaran pegunungan dengan beberapa puncak-puncak. Puncak tertingginya bernama Rante Mario memiliki ketinggian 3.430 m dari permukaan laut. Pegunungan Latimojong ini berada di kabupaten Enrekang propinsi Sulawesi Selatan, pada koordinat 120°01’30″ BT – 03°23’01″ LS. Akses rute normal pendakiannya berawal dari desa Karangan
Fakta Tentang Pegunungan Latimojong
Beberapa fakta tentang pegunungan ini antara lain:
- Gunung Non-vulcanologi
- Puncak tertingginya Rantemario merupakan titik tertinggi Pulau Sulawesi
- Puncak kedua tertingginya yaitu Nenekmori merupakan puncak kedua tertinggi pulau Sulawesi
- Dipegunungan ini masih bisa dijumpai Anoa dan Babirusa.
- Hutan pegunungan Latimojong tergolong pada tipe ekosistim hutan Montana dengan ketinggian rata-rata 2000 – 3000 meter dari permukaan laut.
Jalur Pendakian
Jalur pendakian yang umum dipakai untuk mencapai puncak Rante Mario adalah dari Kecamatan Baraka, berikut etape-etape pendakian yang akan dilewati mulai dari Kecamatan Baraka:
Etape Baraka – Desa Latimojong (Rante Lemo)
Dari Baraka bisa menumpang jeep hingga ke desa Latimojong atau dikenal juga dengan sebutan desa Rante Lemo. Umumnya jeep ini hanya sampai desa Latimojong akan tetapi terkadang jika musim kemarau terkadang bisa juga sampai ke desa Karangan.
Desa Latimojong – Dusun Karuaja
Setelah berjalan kaki dari Desa Latimojong selama kira-kira 1 jam 15 menit, jalan setapak akan melewati dusun Karuaja, sebuah dusun kecil yang terletak di sebuah lembahan bukit.
Dusun Karuaja – Desa Karangan
Dari dusun Karuaja ini perjalanan terus berlanjut menuju desa Karangan yang masih harus ditempuh selama 2 jam berjalan kaki, ditengah perjalanan menuju desa Karangan kita akan menemukan lagi satu dusun kecil bernama Buntulamba. Desa Karangan berada di pinggang bukit dengan ketinggian 1.390 m dari permukaan laut, dan dilewati oleh sebuah sungai yang cukup besar berair jernih yaitu sungai Salu Karangan. Didusun ini pendaki bisa menginap di rumah kepala desa dan jika membutuhkan porter bisa dicari disini.
Dusun Karangan – Pos I (Buntu Kaciling)
Jalur pendakian dari desa Karangan menuju Pos I berawal dengan mengikuti arus sungai Salu Karangan kemudian menyeberangi sebuah jembatan dari batang pohon dan menanjak naik dengan kemiringan kurang lebih 50 – 70 derajat. Tak lama kemudian kita akan bertemu jalan bercabang dua, yaitu kekiri mendatar adalah rute pendakian ke puncak Rante Mario dan lurus mendaki adalah rute pendakian ke puncak Nenemori yang merupakan puncak kedua tertinggi di pegunungan Latimojong ini. Jalur pendakian hingga ke Pos I banyak ditemui percabangan jalan yang merupakan rute jalur setapak para pemburu dan penebang kayu. Pos I ini bernama Buntu Kaciling dan berada di ketinggian 1.800 m dari permukaan laut, dan merupakan sebuah areal terbuka seukuran 4 meter persegi. Di pos ini tidak terdapat sumber mata air.
Pos I (Buntu Kaciling) – Pos II (Goa Sarung Pakpak)
Jalur pendakian menuju Pos II atau dikenal juga dengan sebutan Pos Goa Sarung Pakpak dari Pos I akan bervariasi, mendaki dan menurun serta melipiri tepi jurang. Saat akan mendekati daerah Pos II, rute jalannya akan menurun karena Pos II ini terletak dibawah sebuah tebing batu. Dataran di pos II ini tidak terlalu besar, sumber air nya berlimpah karena di pos II ini mengalir sungai yang cukup deras yang merupakan bagian sungai dari Salu Karangan. Pos ini berada pada ketinggian 1.800 m dari permukaan laut. Waktu tempuh dari Pos I menuju Pos II ini adalah 1 jam 45 menit. Di pos ini biasanya pendaki bermalam, namun jika berangkat pagi hari sekali dari Karangan, sebaiknya menginap di Pos V.
Pos II (Goa Sarung Pakpak) – Pos III (Lantang Nase)
Meninggalkan Pos II medan tanjakan terjal akan dihadapi, dengan kemiringan sekitar 80 derajat dan ini akan ditempuh terus selama 1 jam perjalanan. Tanjakan berbahaya ini tanpa bonus datar sama sekali dan sangat berbahaya jika lengah dengan keseimbangan bisa terjungkal kebelakang. Pos III yang dikenal dengan sebutan Lantang Nase ini berupa sebuah daerah datar seukuran lima meter persegi serta tidak ada sumber mata air disini. Berlokasi pada ketinggian 1.940 m dari permukaan laut.
Pos III (Lantang Nase) – Pos IV (Buntu Lebu)
Jalur pendakian menuju Pos IV yang bernama Buntu Lebu dari Pos III mempunyai kemiringan 60 hingga 70 derajat, dengan sesekali bonus jalan mendatar. Pos IV berada pada ketinggian 2.140 m dari permukaan laut dan merupakan sebuah areal datar seukuran enam meter persegi. Tertutup oleh pepohonan dan tidak mempunyai sumber mata air. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV adalah kurang lebih 45 menit.
Pos IV (Buntu Lebu) – Pos V (Soloh Tama)
Soloh Tama demikian nama dari Pos V ini, yang berupa daerah datar yang luas dan bisa menampung paling tidak 10 tenda, sedikit terbuka dan terletak disisi sebuah punggungan dengan ketinggian 2.480 m dari permukaan laut. Waktu tempuh perjalanan dari pos sebelumnya hingga ke pos ini adalah 1 jam 30 menit. Di Pos Soloh Tama ini terdapat sumber air berupa sebuah sungai yang berjarak kira-kira 100 meter menurun kearah lembah di kiri jalan setapak jika kita kea rah puncak. Pos ini erring diajadikan tempat bermalam oleh para pendaki.
Pos V (Soloh Tama) – Pos VI
Jarak tempuh dari Pos V menuju ke Pos VI adalah sekitar 40 menit. Pos VI berada pada ketinggian 2.690 m dari permukaan laut. Tidakada yang istimewa pada pos ini, hanya berukuran tiga kali enam meter, namun dari lokasi ini kita sudah bisa melihat jejeran pegunungan Latimojong serta dari sini juga melihat Buntu Dea dari kejauhan. Tidak ada sumber air di lokasi ini.
Pos VI – Pos VII (Kolong Buntu)
Perjalanan pendakian dari Pos VI hingga ke Pos Kolong Buntu atau Pos VII memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Jalur pendakian hingga ke Pos VII sudah terbuka dan dari jalur setapak kita bisa menikmati hamparan pegunungan Latimojong. Pos VII sendiri merupakan sebuah tanah datar yang terbuka tanpa pohon, berada pada ketinggian 3.100 m dari permukaan laut. Di lokasi Pos Kolong Buntu ini pemandangan lepas bisa kita edarkan kesegenap penjuru, dan pegunungan Latimojong yang hijau kebiru-biruan membuat sejuk mata memandangnya. Di pos ini ada sumber air berupa sebuah aliran sungai kecil jernih yang berada di sebelah kiri dari pos ini jika kita menghadap kea rah puncak, dibawah aliaran sungai kecil tersebut air tertampung pada sebuah cerukan berbentuk kolam. Sungai kecil ini berjarak kurang lebih 15 meter dari lokasi camp pos VII.
Pos VII (Kolong Buntu) – Pertigaan
Pertigaan adalah sebuah daerah terbuka yang cukup luas, saat sampai di daerah ini jalur pendakian bercabang dua, kekiri meupakan jalur pendakian ke puncak Rante Mario dan belokan 30° kekanan merupakan jalur pendakian yang akan menuntun kita sampai ke puncak Nene Mori dan jika belok 90° kekanan adalah jalur jalan setapak turun kearah Palopo. Sebelum memasuki daerah pertigaan ini, kita akan bertemu dengan jalan bercabang yaitu kekanan ke puncak sebuah punggungan yang ada antene (antene komunikasi ABRI yang tidak terpakai lagi), dan kekiri menuju Pertigaan. Waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai daerah pertigaan ini dari Pos VII adalah sekitar 20 menit, dan Perapatan ini berada pada ketinggian 3.300 m dari permukaan laut. Dilokasi ini tidak terdapat sumber mata air.
Pertigaan – Puncak Rante Mario
Untuk mencapai puncak Rante Mario dari Pertigaan jalur pendakiannya sedikit mendatar dengan sesekali menanjak dengan kemiringan kurang lebih tigapuluh derajat. Melewati medan terbuka berbatu-batu, ada dua jalur namun kedua jalur tersebut akhirnya bertemu juga menjadi satu sebelum mencapai daerah puncak. Dari puncak Rante Mario pandangan bias diedarkan ke segenap penjuru, di arah utara tampak puncak Buntu Rantekombala, sebelah barat berdiri tegak puncak Pantealoan dan jejeran bukit di Buntu Dea, sedangkan di arah selatan terdapat puncak Buntu Nene Mori. Puncak Rante Mario ini sangat luas, dan ada tiang penunjuk ketinggiannya.
Penampang 3D Gunung Latimojong
Peta Rute Pendakian
Note: klik menu kanan atas peta untuk mengubah jenis tampilan peta.